Ada sebuah kutipan berita dipersembahkan untuk para agen distributor wirausahawan kopi, semoga dari cerita ini memberikan inspirasi penyemangat, seorang anak muda kelahiran 1991 saja bisa jadi Miliarder dari berbisnis kopi, tapi memang kesuksesannya ini pantas didapatkan karena cerdiknya hingga bisa berinovasi dibidang kopi, hingga pemasarannya yang sampai keluar negeri, bagaimana ceritanya, berikut simak ulasannya.
Postingan ini diambil dari sumbernya dengan judul Gara-gara Kopi Gayo, Anak Muda ini Jadi Miliarder di Jakarta, berikuk kisah suksesnya.
Kecerdikan inovasi dibidang kopi, anak muda yang baru lulus sarjana teknik di Universitas Muhammadiyah Medan ini menjadi miliarder baru. Dia adalah supplier dan distributor kopi spesial Sumatra untuk hotel, restoran dan café (horeka) di Jakarta.
Dialah Angga Sia Putra, pria muda kelahiran 2 Mei 1991 yang tiba-tiba menjadi terkenal lantaran khas “kopi kemasan”nya yang kemudian dinamai Good and Great Grade atau dikenal dengan nama 3G Coffee, sebuah merek yang catut dari nama sebuah provider.
“Semua orang butuh sinyal 3G, begitu juga orang yang kini butuh kopi,” katanya beberapa waktu lalu.
Sekarang perminta Kopi 3g dijakarta cukup tinggi, dan Angga menyiapkan persediaan biji kopi yangberasal dari Medan dan Aceh Tengah.
Sejak kecil Angga memang dikenal akrab dengan kopi. Pengetahuan tentang dunia kopi dimulai sejak duduk di bangku Sekolah Dasar pada tahun 1997. Dia belajar kopi di perusahaan Green bean atau biji kopi hijau milik orang tuanya di CV. Prima Harapan, sebuah perusahaan pengolahan biji kopi asal Gayo di Medan, Sumatra Utara.
Dia baru serius dibidang kopi sejak 2007, dia mengikuti sang paman membangun koperasi Permata Gayo di Aceh Tengah,yakni daerah pengumpul biji kopi hijau mentah. Disitu Angga menjadi pemilihan dan pemisah biji kopi hijau. Lalu angga menjadi penilai biji cacat, biji pecah, biji berwarna kecoklatan dan kehitaman dan biji fragmentasi yang mengakibatkan rasa kopi terlalu asam.
Lalu, perjalannya mengatarkan Angga sebagai Quality Control Ekspor dengan mengirim biji kopi hijau ke benua mpencinta kopi seperti Eropa, Amerika dan Australia dalam naungan pengekspor CV. Angga Prima. Berlanjut, Angga mulai belajar mencicipi cita rasa kopi pada 2011.
Tentu untuk terus mengembangkan bakatnya, Angga pun mengikuti program Q Grader, program untuk menilai dan mendeskripsikan cita rasa kopi untuk memperoleh sertifikat dari Coffee Quality Institute, CQI.
Setelahmengikuti program tersebut, dengan berbekal keahlian yang matang, tahun 2011 Angga dari medan bergerak ke Jakarta untuk mengembangkan naluri bisnisnya dibidang kota.
Tidak sia-sia memang, di Jakarta usaha Angga maju pesat. Bahkan tatkala permintaan mulai banyak, yang dia lakukan adalah mendatangkan kopi mentah dari Aceh Tengah. Dan gara-gara membludaknyapermintaan itulah, Angga yakin merintis usaha sendiri di Jabodetabek.
Sekarang usaha Angga maju pesat dan kini memiliki tempat usaha di jalan Nusa Indah no 132, Jatibening, Bekasi, Jawa Barat.
Hingga kini kopi Angga dikenal sebagai biji kopi hijau Gayo asli yang tidak menggunakan bahan campuran.
“3G Coffee 100% kopi murni, tanpa campuran bahan pengurang kualitas macam jagung, beras atau vanili,” ujar Angga.
Sekarang kemasan kopi 3G coffee antara lain jenis kopi Arabica Gayo, Arabica Lintong, Arabica Mandheling, Robusta Gayo, Robusta Lintong, Robusta Mandheling dan Luwak Arabica.
Untuk harga kemasan kopi Robusta dibanderol Rp80.000 per kilogram. Sedangkan harga kopi Arabica dipatok Rp100 ribu hingga Rp200 ribu per kilogram dan kopi luwak Arabica dijual dengan harga Rp2 juta per kilogram.
Selain itu, Angga juga bermain dengan paduan rasa kopi dengan nama 3G Blend yaitu campuran kopi Robusta dan Arabica, 3G Special yang merupakan kopi Arabica Special dan 3G Arabica Premium yang merupakan campuran Arabica dan Luwak.
Dengan jenis kopi hitam dan harga kemasan yang yang sudah dibaderol sedemikian rupa, sasaran 3G Coffee adalah memang untuk horeka. Penikmat kopi di hotel, restoran dan café adalah kebanyakan pekerja kelas menengah.
“Kebanyakan konsumen lebih memilih jenis kopi Robusta karena lidah orang Indonesia terbiasa disuguhkan dengan kopi hitam robusta, berbeda dengan kopi Arabica yang cenderung asam,” katanya.
Namun, Arabica menjadi komoditas laris untuk diekspor ke luar negeri. Orang Eropa lebih terbiasa dengan keasaman Arabica dibandingkan dengan pahit yang ditawarkan oleh Robusta.
Omzet Angga pada awal Juli 2013 mencapai Rp30 juta perbulan, dan setelah berjalan 6 bulan omzet anak muda ini mencapai Rp200 juta per bulan
Simak juga : Peluang Usaha jadi Agen Kopi Arabika Gunungsari
Cicipi Kopi dari Pertanian Lereng Gunung Slamet, Kopi Gunungsari, 100% Kopi Bubuk Murni diolah secara tradisional dari biji kopi pilihan untuk menciptakan rasa kopi yang lebih alami pesan sekarang klik disini Kopi bubuk Murni Gunungsari Harga 25ribu Pemesanan Kopi Gunungsari Telp/sms : 0896 7299 7768 WA : 0856 4093 0969
0 komentar:
Posting Komentar